Featured Post Today
print this page
Latest Post

KATA BIJAK

 KATA BIJAK
Kata-kata bijak spektakuler pada umumnya dikatakan oleh seorang yang mempunyai kapabilitas seperti misalnya Albert Einstein, seorang tokoh yang tidak dapat menemukan pekerjaan mengajar, keterburuannya sebagai orang muda yang mudah membuat marah professornya. 

Kata Kata Bijak Albert Einstein - Ilmuwan Jerman

- Janganlah mencoba menjadi orang sukses. Jadilah orang yang bernilai.

- Tiga rumus kerja: Hindari keruwetan, Carilah cara sederhana, Dari ranah konflik carilah keharmonisan. Ingat!! di tengah kesulitan selalu terdapat kesempatan.

- Jauh lebih mudah mengubah atom-atom Plutonium daripada mengubah sifat jahat yang berdiam di dalam diri manusia.

- Jika anda tidak dapat menjelaskan sesuatu hal secara sederhana, itu artinya anda belum cukup paham.

- Imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan.

- Imajinasi adalah segalanya, karena imajinasi adalah gambaran kehidupan yang akan datang.

Kata-Kata Bijak Eleanor Roosevelt - Mantan Ibu Negara AS

- Anda harus melakukan sesuatu yang anda pikir tak akan bisa anda lakukan.

Kata Bijak Thomas Fuller (1608-1661)

- Jika bukan karena harapan-harapan, maka hatipun akan mati.

Kata2 Bijak Aristoteles (384-322 SM) - Filsuf Yunani Kuno

- Kebahagiaan adalah arti dan tujuan hidup. Ia adalah keseluruhan arah dan cita-cita akhir dari eksistensi manusia.

Kata Bijaksana Dalai Lama - Pemimpin Spiritual Tibet

- Inilah ‘agama’ sederhanaku, tidak membutuhkan biara dan filosofi. Pikiran dan hati menjadi biaranya, kebaikan menjadi filosofinya.

Kata Motivasi Bijak Bunda Theressa - Pelayan Kaum Miskin Di Calcuta, India

- Setiap kita tersenyum kepada seseorang, tindakan tersebut merupakan perwujudan dari kasih, anugerah bagi orang itu, dan sesuatu yang sangat indah.

Kata Mutiara Bijak Akira Kurosawa - Sutradar Ternama Di Jepang

- Seseorang akan menjadi sosok yang jenius, ketika dia memimpikan sesuatu.

Begitulah Einstein yang menilai aplikasi paten penemu untuk alat yang memerlukan pengetahuan fisika. Dia juga belajar menyadari pentingnya aplikasi dibanding dengan penjelasan yang buruk dan perkataan-perkataanya adalah kata bijak yang sangat dikagumi oleh banyak orang.
0 komentar

TANTE YANG HOT

http://wongjo.blogspot.com/search/label/Foto%20Hot

http://wongjo.blogspot.com/search/label/Foto%20Hot

http://wongjo.blogspot.com/search/label/Foto%20Hot

0 komentar

MELLY ANGUSTINA POSE HOT

http://wongjo.blogspot.com/search/label/Foto%20Hot

http://wongjo.blogspot.com/search/label/Foto%20Hot

http://wongjo.blogspot.com/search/label/Foto%20Hot
0 komentar

mahasiswi lagi nunggu tamu dengan foto yang hot


Foto Hot ABG di Kamar Hotel Mau ML | CubiCibi.com
Foto Hot ABG di Kamar Hotel Mau ML | CubiCibi.com
Foto Hot ABG di Kamar Hotel Mau ML | CubiCibi.com
Foto Hot ABG di Kamar Hotel Mau ML | CubiCibi.com
Foto Hot ABG di Kamar Hotel Mau ML | CubiCibi.com
0 komentar

IBU DOSEN HANIZAH YANG HOT



Cerita Dewasa - Aku teringat akan kisah yang terjadi 18 tahun yang lalu, ketika aku masih di alam persekolahan. Kisah yang akan kuceritakan ini mendatangkan kesan yang mendalam terhadap kehidupanku. Umurku sekarang 30 tahun lebih.

Sewaktu berada di tingkat 5, di salah satu sekolah di Malaysia ini, aku terkenal dengan sifatku yang pemalu dan takut terhadap wanita. Ketakutanku itu bukan kerena takut seperti selayaknya orang melihat hantu, tetapi adalah karena tidak adanya kekuatan dalam diriku untuk berhadapan dan bergaul dengan mereka. Walau bagaimanapun, aku seorang yang happy go lucky, suka bersenda gurau. Sekolahku tu pulak, sekolah laki-laki. Semua pelajarnya laki-laki, wanita yang ada hanyalah Dosen saja. Jadi semakin bertambahlah ketakutanku pada kaum hawa itu.

Walaupun aku tidak berani berhadapan dengan wanita, keinginanku untuk bergaul dengan mereka sangat tinggi. Aku sering berangan-angan memiliki pacar, dan aku juga suka cemburu melihat teman-temanku yang punya pacar dan sering keluar bersama pacar mereka. Aku juga memilki tabiat yang lain, yaitu gemas jika melihat wanita dewasa dan seksi, terutama yang keturunan Cina. Bila aku pergi ke tempat renang, aku sering onani setelah melihat cewek-cewek Cina yang seksi dan menggairahkan itu. Akibatnya aku jarang sekali berenang. Di sekolahku, dosen wanitanya lebih banyak dari pada dosen pria. Ada yang Cina, India, dan yang Melayu pun ada. Di antara dosen perempuan tersebut, ada tiga orang yang setengah baya dan seksi. Dua orang Cina dan seorang lagi Melayu. Dosen Cina yang dua orang ini mengajar di semester 6, selalu menggunakan kaos saja jika datang ke sekolah. Yang pertama namanya Miss Wong dan satunya lagi Madam Chong. Madam Chong walaupun sudah memiliki tiga orang anak dan umurnya sudah dekat 40 tahun, tetapi badannya masih seksi. Sedangkan Miss Wong masih belum menikah, tetapi umurnya sudah cukup matang, kurang lebih 30 tahun. Tubuhnya masih montok. seperti biasa, cewek Cina memang punya bentuk badan yang menarik. Sedangkan dosen wanita satunya itu adalah dosen Melayu yang baru saja dipindahkan ke sekolah ini, dengar kabar dia berasal dari Trengganu. Dia pindah sebab ikut suaminya yang pindah kerja ke sini. Kami memanggilnya Dosen Hanizah yang berusia sekitar 25 tahun. Beliau baru saja menikah dan mempunyai seorang anak yang baru berumur setahun lebih. Kabarnya, setelah lulus kuliahnya, dia terus menikah. Tinggal di Kuala Trengganu selama setahun, terus pindah ke sini. Suaminya bekerja sebagai Pegawai Pemerintahan.

Aku sangat suka melihat ketiga orang dosen ini, wajah mereka dan badan mereka sungguh menawan, terutama dosen Hanizah. Walaupun dia tidak berpakaian seksi, apalagi bertudung tetapi tetap mengairahkan. Jika Miss Wong atau Madam Chong ingin pulang, atau baru sampai, aku pasti mendekati ke arah mobil mereka. Bukannya mau menolong membawakan buku mereka, tetapi ingin melihat paha seksi mereka ketika sedang duduk di dalam mobil. Kemaluanku pun terangsang saat itu. Kalau Dosen Hanizah agak susah dilihat keseksiannya, sebab dia bertudung dan berbaju kurung ke sekolah. Jika dia memakai kebarung, baru kelihatan sedikit bentuk tubuhnya yang montok dan molek itu. Apa yang aku sangat suka pada Dosen Hanizah adalah wajahnya yang lembut dan menawan, suaranya manja bila berbicara. Dengan bentuk badan yang kecil molek, kulit yang putih akan memukau mata siapa saja yang memandang. Tetapi sayang seribu kali sayang karena ketiga dari mereka tidak ditakdirkan mengajar di kelasku. Aku hanya dapat melihat mereka pada waktu istirahat, waktu rapat bersama ataupun di ruang guru saja. Jarang sekali kesempatan yang mengijinkanku bersama dengan mereka.

Entah bulan berapa, aku tidak ingat, kalau tidak salah dalam bulan Maret, dosen metematikaku pindah ke sekolah lain, alasan pindahnya aku tidak ingat. Jadi, selama 2 minggu kami tidak belajar matematika. Memasuki minggu yang ketiga, waktu pelajaran matematika, Dosen Hanizah masuk ke kelas kami. Kami semua keheranan, apakah dia masuk untuk mengganti sementara atau mengajar mata pelajaran ini untuk menggantikan dosen lama. Dosen Hanizah yang melihat kami keheranan, menjelaskan bahwa dia akan mengajar matematika untuk kelas ini menggantikan dosen lama. Dengan tidak disangka, semua siswa dalam kelas bersorak gembira termasuk aku. Aku tidak tahu mereka gembira karena mendapat dosen baru atau gembira karena hal lain. Yang pasti, aku gembira sebab dosen yang paling cantik, yang selalu kudambakan akan masuk mengajar di kelas ini. Ini berarti aku dapat melihat dia lebih sering.

Mulai hari itu, Dosen Hanizah yang mengajar matematika. Aku pun jadi menyukai pelajaran ini, walaupun aku tidak pernah lulus matematika sebelumnya. Aku sering tanya dan menemui dia, bertanya masalah matematika. Dari situ, pengetahuan matematikaku bertambah, aku lulus juga akhirnya dalam ujian bulanan walaupun hanya mendapatkan nilai yang cukup. Oleh kerena terlalu menyukai Dosen Hanizah, aku jadi sedikit banyak mengetahui latar belakangnya. Kapan tanggal lahirnya, tinggal dimana dan bagaimana keadaan keluarganya.

Dalam bulan Juni, Dosen Hanizah ulang tahun, aku mengajak teman satu kelas untuk mengucapkan "Selamat Hari Ulang Tahun" bila dia masuk nanti. Ketika Dosen Hanizah masuk ke kelas, ketua kelas mengucapkan "Selamat Hari Ulang Tahun Dosen" dan diikuti oleh kami semua. Dia terperanjat, dan bertanya dari mana kami semua tahu tanggal ulang tahunnya. Anak-anak yang lain menunjuk aku, mereka bilang kalau aku yang memberitahu.
Dosen Hanizah bertanya, "Dari mana kamu mengetahuinya..?"
"Ada lah..." jawabku, setelah itu dia tidak bertanya lagi.

Dosen Hanizah tinggal di rumah teres yang bersebelahan dengan komplek dekat tempat tinggalku, kurang lebih 2 km jaraknya dari rumahku. Waktu liburan, aku selalu berkeliling dengan sepeda ke komplek perumahan tempat tinggalnya. Aku tahu rumahnya dan selalu mampir di situ. Pernah sekali itu, waktu sedang bersepeda, Dosen Hanizah sedang memasukkan sampah ke dalam tong di luar rumah. Dia melihatku, dan terus memanggilku. Aku pun segera pergi ke arahnya. Dia tidak memakai tudung, terurailah rambutnya yang lurus sebahu itu. Sungguh ayu aku melihatnya sore itu.

"Azlan, rumahmu dekat sini ya..?" tanyanya dalam logat Kedah.
"Tidak juga." balasku, "Tapi memang tidak terlalu jauh sih."
"Anda tinggal di sini..?" aku tanya padanya meskipun aku sudah tahu.
"Iya.."
"Sendirian aja? Mana suaminya?"
"Ada di dalam, dengan anak saya."
Ketika kami asyik berbicara, suaminya keluar, menggendong anak perempuan mereka. Terus aku diperkenalkan kepada suaminya. Aku berjabat tangan dan menegur anaknya, sekedar menunjukkan rasa hormatku. Suaminya tidak terlalu ganteng, tetapi terlihat bergaya, maklumlah pegawai. Setelah agak lama, aku minta diri untuk pulang.

Sudah 6 bulan Dosen Hanizah mengajar kami, aku bertambah pandai dalam matematika. Dan selama itulah aku sering berada di kelasnya. Aku sering membayangkan keadaan Dosen Hanizah tanpa sehelai benang pun di tubuhnya, pasti indah sekali. Dengan bentuk tubuh yang montok, kecil, pinggang yang ramping serta kulit yang cerah, jika telanjang pasti membuat orang yang melihatnya ingin segera menerkam tanpa berpikir dua kali. Tetapi, aku hanya dapat melihat rambutnya saja di sore itu.

Hari ini libur, libur karena memperingati peristiwa Sukan Tahunan. Aku tidak tahu hendak kemana, aku lelah bersepeda dan mengayuh tanpa arah tujuan. Agak jauh kali ini aku berkeliling, ketika ingin pulang aku melewati kawasan perumahan Dosen Hanizah, waktu itu langit gelap dan kelihatannya ingin hujan. Aku berharap bisa tiba di rumah sebelum kehujanan. Tetapi belum sampai di kawasan rumah Dosen Hanizah, hujan mulai turun, dan lama-lama semakin lebat. Pakaianku basah kuyup. Aku tidak berhenti, terus saja mengayuh sepedaku. Aku tidak sadar ternyata ban sepedaku semakin kempes, seharusnya aku memompa dulu sebelum keluar tadi. walaupun sebentar lagi akan tiba di kawasan rumah Dosen Hanizah, aku tidak boleh menaiki sepedaku lagi, karena kalau dinaiki juga, akan semakin rusak ban sepedaku. Kemudian aku menuntun sepeda sampai ke rumah Dosen Hanizah. Niatnya aku akan meminjam pompa sepeda kepadanya.

Ketika tiba di depan pintu pagar rumahnya, aku tekan bel rumahnya. Tidak lama kemudian, pintu rumah dibuka, dari jauh terlihat Dosen Hanizah menggunakan kain batik dan berbaju T-Shirt sedang memperhatikanku.
"Dosen..!" jeritku.
"Ada apa Azlan..?" tanyanya keheranan melihat aku yang basah kuyup dalam hujan lebat dengan kilat yang sabung menyabung.
"Saya mau pinjam pompam, ban sepeda saya kempes."
"Tunggu sebentar..!" jeritnya.
Dosen Hanizah masuk kembali ke rumah dan keluar membawa payung. Dia membukakan kunci pintu pagar dan memintaku untuk masuk. Ketika menuntun sepeda masuk, mataku memperhatikan Dosen Hanizah yang berada di depan, melenggang-lenggok berjalan menuju ke dalam. Dari belakang, kerampingannya terlihat jelas, dengan t-shirt yang agak ketat dan kain batik yang dililit memperlihatkan bentuk badannya yang menarik. Punggungnya yang montok dan pejal itu membangkitkan gairahku ketika dia berjalan. Kemaluanku langsung menegak dalam kebasahan.

"Memangnya dari mana saja kamu, kok naik sepeda hujan-hujanan?" tanyanya ketika tiba di depan pintu.
"Jalan-jalan saja, sudah mau pulang tetapi ban sepeda saya kurang angin," jelasku. "Anda punya pompa ngga..?"
"Saya lihat dulu di gudang. Masuklah dulu." menawarkan kepadaku.
"Ngga apa-apa kok, nanti malah basah pula rumah Anda."
"Tunggu dulu..." Dosen Hanizah pun meninggalkanku kedinginan di situ, dia terus pergi ke dalam. Sebentar kemudian dia keluar membawakan pompa dan handuk.
"Nah... ini..." diulurkannya pompa itu ke arahku.
Meskipun aku lelah tetapi langsung terus memompa angin ke dalam ban sepedaku.

"Ingin lansung pulang habis ini?"
"Yaa.. habis mompa terus pulang."
"Hujan selebat ini mau nekat pulang?"
"Tak apa-apa, sudah basah kuyup juga kok," jawabku lalu terbersin.
"Nah.., kan kelihatannya kamu mau kena selsema tuh."
"Hanya sedikit bersin kok," kataku lalu menyerahkan pompa kepadanya, "Terima kasih Bu.."
"Ada-ada saja kamu, handuk nih, handuki sampai kering dulu badanmu.." katanya sambil memberikan aku handuk yang dipegangnya sejak tadi.
Aku mengambil handuk itu dan mengelap rambut dan mukaku yang basah. Aku dengan santainya berhandukan seperti di rumah sendiri, aku buka baju di depan dia. Setelah itu, baru aku ingat kalau aku berada di depan dosenku.

"Sori Bu..." kataku perlahan.
Dosen Hanizah pergi ke dalam. Kukira dia marah sebab aku buka baju di depan dia, tetapi dia datang sambil membawakan sarung, T-Shirt dan sebuah bakul.
"Nah, ganti bajumu pakai ini..!" katanya sambil memberikannya kepadaku, "Baju basahnya taruh dalam bakul ini."
Kulemparkan bajuku ke dalam bakul. Kubuka celanaku langsung di depannya, tetapi dengan kusarungkan dulu tubuhku dengan sarung pemberiannya. Setelah mengeluarkan dompetku, kumasukkan celana panjangku yang basah itu ke dalam bakul, dan yang terakhir celana dalamku.

"Masuk dulu, tunggu sampai hujan berhenti baru kau pulang.." sambung Dosen Hanizah sambil mengambil bakul berisi pakaian basahku.
"Nanti dulu, saya keringkan baju ini dulu yah..?"
Aku pun mengikuti dia masuk. Setelah pintu dikunci, aku disuruh duduk di ruang tamu dan Dosen Hanizah terus pergi ke dapur. Aku melihat-lihat perhiasan rumahnya, agak mewah juga perabotan dan perhiasannya. Ketika asyik melihat-lihat, Dosen Hanizah datang dengan membawakan segelas minuman dan meletakkannya di atas meja, lalu dia duduk berhadapan denganku.

"Minumlah. Bajumu lagi Saya keringkan di belakang."
Aku pun mengambil nescafe itu dan menghirupnya.
"Mana suami Anda?" tanyaku memulai pembicaraan.
"Kerja.."
"Oh ya, hari ini kan hari kerja," balasku. "Anak..?""Sedang tidur. Kamu duduklah dulu, saya ada kerjaan di belakang." katanya sambil berdiri dan meninggalkanku.
"Oke..." ringkas jawabku.

Hujan di luar masih turun dengan lebat dan diikuti dengan bunyi guruh yang memekakkan telinga. Aku melihat-lihat kalau ada buku yang bisa kubaca dan ternyata ada. Aku ambil sebuah novel dan mulai melihat-lihat. Sehelai demi sehelai kubuka isi novel itu, walaupun tidak kubaca. Aku sebenarnya sedang tidak ingin membaca, tetapi daripada tidak ada yang dapat kuperbuat, lihat-lihat saja juga lumayan. Aku tidak tahu apa yang sedang Dosen Hanizah perbuat di belakang. Ketika membaca halaman demi halaman, pikiranku jauh melayang membayangkan gambaran fantasiku bersama Dosen Hanizah. Aku teringat akan cerita-cerita X dan blue film yang kutonton dulu, bila kejadiannya seperti ini, pasti akan berakhir dengan adegan asmara. Aku membayangkan diriku akan berasmara dengan Dosen Hanizah, seperti di dalam film yang pernah kutonton.

Sudah hampir 20 menit, hujan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti. Aku menjadi ingin buang air kecil, maklumlah udaranya dingin. Aku bangun dan terus menuju ke belakang untuk mencari kamar mandi. Ketika aku hampir sampai di kamar mandi, aku sekilas melihat Dosen Hanizah sedang masuk ke kamarnya, hanya dalam keadaan menggunakan handuk saja, mungkin baru keluar dari kamar mandi. Pada saat melihat tadi, aku tidak sempat melihat apa-apa kecuali tubuhnya yang hanya tertutup oleh handuk dan hanya sebentar aku melihatnya. Aku teruskan ke dapur, dan ketika melewati kamarnya, kudapati pintu kamarnya tidak tertutup rapat.

Aku beranikan diri untuk pergi ke arah pintu dan mulai mengintip Dosen Hanizah yang ada di dalam, sedang berbuat apa aku pun tidak tahu. Minta ampun.., berdesir darahku, seperti tercabut jantungku rasanya melihat Dosen Hanizah yang dalam keadaan telanjang di dalam kamarnya. Serta merta kemaluanku menegak. Aku hanya dapat melihat bagian belakangnya saja, dari ujung rambut sampai ke tumit, semuanya jelas terlihat. Saat itu Dosen Hanizah sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk yang tadi dipakainya. Inilah pertama kalinya aku melihat perempuan telanjang secara langsung, biasanya hanya dari video saja. Terpatung-patung aku di muka pintu melihat bentuk badan Dosen Hanizah yang seksi, pinggang ramping, punggung yang montok serta kulit yang putih mulus sedang mengeringkan rambutnya. Hampir timbul niatku untuk segera masuk dan meraba tubuhnya saat itu, tetapi aku takut nanti dia malah tidak mau dan menuduhku ingin berbuat cabul terhadapnya.

Apa yang sedang dilakukan Dosen Hanizah terus memukau mataku. Kadang handuk itu digosokkan ke celah selangkangannya, lalu dilapkan. Kemudian handuk itu dilemparkan ke atas gantungan. Secara tidak disadari, Dosen Hanizah membalikkan badannya ke arah pintu, tempat aku berdiri. Dia jongkok untuk membuka pintu lemari dan terlihatlah sekujur tubuh tanpa sehelai benang pun yang hanya selama ini menjadi khayalanku saja. Buah dada Dosen Hanizah yang menonjol segar kemerah-merahan itu sempat kuperhatikan, begitu juga dengan segitiga emas miliknya yang dijaga rapih dengan bulu yang tersusun indah, semuanya sempat kulihat.

Bersamaan dengan itu, Dosen Hanizah menengok ke arah pintu dan melihat aku sedang memperhatikannya, dan, "Hei..!" sergahnya.
Lalu dia menutup bagian tubuhnya dengan kain yang sempat diambilnya dari dalam lemari. Aku terkejut, terus lari meninggalkan tempat itu. Aku terus ke kamar mandi. Aku diam di situ hingga kemaluanku mengedur, sebelum kencing. Mana bisa aku kencing saat kemaluanku berdiri tegak dan keras.

Ketika selesai, perlahan-lahan aku keluar, kudapati pintu kamarnya tertutup rapat. Mungkin Dosen Hanizah ada di dalam. Mungkin dia malu, aku pun malu kalau ketahuan dia saat aku mengintipnya. Aku terus ke ruang tamu. Sebenarnya setelah itu aku mau langsung pulang saja meskipun hujan belum reda, karena takut Dosen Hanizah marah sebab kuintip dia tadi. Tetapi, baju basahku ada padanya dan belum kering lagi. Aku tidak tahu dimana dia meletakkannya, kalau tahu pasti kuambil dan terus pulang. Meskipun perasaanku tidak tentram tetapi aku tetap menunggu di ruang tamu sambil menduga-duga apa yang akan terjadi nantinya.

Tidak lama kemudian, Dosen Hanizah pun datang. Dia menggunakan kain batik dengan kemeja lengan pendek. Wajahnya tidak menunjukkan senyumnya, tidak juga memperlihatkan tanda akan marah. Dia duduk di depanku, sempat juga aku sekilas memperhatikan pangkal buah dadanya yang putih itu. Dia menatap tepat ke arah mataku. Aku takut, lalu mengalihkan pandanganku.

"Azlan..!" tegurnya dengan nada yang agak tinggi.
Aku menoleh menantikan ucapan yang akan keluar dari mulut yang kecil berbibir munggil itu.
"Sudah lama Azlan ada di dekat pintu tadi..?"
"Minta maaf Bu.." balasku lemah, tunduk mengakui kesalahan.
"Saya tanya, sudah lama Kamu lihat Saya sewaktu di dalam kamar tadi..?" dia mengulangi kata-katanya itu.
"Lama juga..."
"Kamu melihat apa yang saya perbuat..?"
Aku mengangguk lemah dan berkata, "Maafkan Saya Bu..."
"Azlan..! Azlan..! Kenapa kamu mengintip Saya..?" nada suara Dosen Hanizah kembali lembut.
"Saya tak sengaja, bukannya mau mengintip, tapi pintu kamarnya yang tak rapat..."
"Salah Saya juga, sebab tidak menutup pintu tadi." balasnya.

Dosen Hanizah sepertinya tidak marah, kupandangi wajahnya yang ayu itu, terpancar kejernihan di wajahnya. Aku hanya mampu tersenyum dalam hati saja bila dia senyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Kenapa kamu kelihatan pucat..?"
"Takut, takut Anda marah..."
"Sudahlah, Saya tidak marah. Saya juga yang salah, bukan hanya Kamu. Sebenarnya siapa pun yang punya kesempatan seperti itu pasti akan melakukan yang Kamu lakukan tadi..." jelasnya.
Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum. Tidak disangka Dosen Hanizah begitu sportif, walaupun dalam kasus begini seharusnya dia marah.
"Aaa, tak tahu sopan juga Kamu..." katanya sambil mencubirkan bibir.
Aku tertawa kecil mengenang peristiwa yang terjadi tadi.

Sesungguhnya aku memang sudah bertindak yang tidak sopan sebab dengan sengaja melihat Dosen Hanizah yang bertelanjang bulat. Kemaluanku menegang di dalam sarung membayangkan tubuh montoknya Dosen Hanizah yang tidak dilindungi sehelai benang pun. Cepat-cepat kututupi dengan meletakkan bantal kecil ke atas kemaluanku. Jika terlihat Dosen Hanizah, bisa malu aku dibuatnya.
"Lho, belum turun juga..?" tegurnya manja karena rupanya dia sempat melihat sarungku.
Aku menjadi malu dan posisi dudukku menjadi tidak nyaman lagi. Aku tidak mampu lagi untuk berkata-kata bila ditegur seperti itu.

Agak lama suasana hening menyelubungi ruang tamu rumah yang dihias indah itu.
"Bu..?" aku mula bersuara, "Sungguh hebat..!"
"Apa yang hebat..?"
"Pemandangan yang tadi kulihat."
"Apa yang Kamu lihat..?"
"Perempuan telanjang."
"Heh..! Tak sopan betul Kamu ini..!"
"Betul, Anda lihat saja ini..!" kataku sambil memindahkan bantal dari perutku.
Menimbullah batang kemaluanku ditutupi sarung milik suaminya.
"Tidak mau turun lagi dia..," sambungku sambil menunjuk ke arah tonjolan di bawah pusarku yang bersarung milik suaminya.

Dosen Hanizah tebengong-bengong dengan tindakanku, namun matanya terpaku di tonjolan pada sarung yang kupakai.
"Hei..! Sopanlah sedikit..!" tegurnya.
Aku membiarkan kemaluanku mencuat tinggi di sarung yang kupakai, aku tidak menutupnya, aku biarkan saja ia tersembul. Kubiarkan Dosen Hanizah menatapnya, tetapi Dosen Hanizah merasa malu, matanya dialihkan ke arah lain, sesekali matanya memandang ke arah tonjolan itu.
"Bu..?" sambungku lagi.
Dia terdiam menantikan kata-kata yang lain, sekali-kali dia memandang ke bawah.
"Anda tahu tidak..? Anda lah orang yang paling cantik di sekolah kita..."
"Mana mungkin..?" balasnya manja malu-malu.
"Betul. Semua teman saya bilang seperti itu. Dosen lelaki pun bilang hal yang sama."
"Alah, bohong..."
"Betul, saya tidak membual..."
"Apa buktinya..?"
"Buktinya, tadi. Saya sudah melihat seluruh lekuk tubuh anda ketika anda tidak memakai baju tadi. Itulah buktinya." jawabku dengan berani.

Aku kira dia akan marah, tetapi Dosen Hanizah terdiam, dia tertunduk malu. Melihat gelagatnya itu, aku semakin berani mengucapkan kata-kata yang lebih sensual.
"Badan Anda kecil dan molek, kulit Anda putih, pinggang ramping, punggung montok..."
"Ah, sudah, sudah..!" dia memotong perkataanku.
Terlihat wajahnya menjadi merah menahan malu, tetapi aku tidak peduli, kemudian aku meneruskan rayuanku, "Punggung Anda tadi Saya lihat padat dan montok. Itu dari belakang. Ketika Anda berbalik ke depan, kemaluan Anda yang cantik itu membuat batang Saya hampir patah. Tetek Anda membuat Saya ingin langsung menghisapnya, terlihat sedap." sambungku.
Terlihat saat itu Dosen Hanizah tidak membantah, dia masih tetap tertunduk malu.

Masa aku akan bilang seperti ini padanya, "Penisku jangan berontak, kayak mau tercabut, punyaku tegang tak tahu kalau aku lagi berusaha." tapi itu hanya dalam hati saja.
Dosen Hanizah masih tunduk membisu, perlahan-lahan aku bangun menghampiri dan duduk di sebelah kirinya. Aku rasa dia merasakan niatku, tapi dia seakan-akan tidak tahu. Aku rangkulkan tangan dan memegang belakang badannya.
"Rilek Bu.., Saya hanya main-main saja..!"

Dia terkejut ketika kupegang punggungnya. Lalu dia goyangkan badan, aku pun segera menurunkan tanganku itu. Aku masih tetap di sebelahnya, bahu kami bersentuhan, paha kami juga bergesekan. Hujan makin lebat, tiba-tiba terdengar bunyi petir yang agak kuat. Dosen Hanizah terkejut dan dengan spontan dia memeluk diriku. Aku pun terkejut, turut mendekap kepalanya yang berada di dadaku. Sempat juga aku belai rambutnya.
Entah karena apa, dia sadar dan, "Sori..." katanya ringkas lalu membetulkan posisi duduknya.
Aku melepaskan tanganku yang melingkari badannya, wajahnya kupandang, Dosen Hanizah menoleh ke arahku, tetapi setelah itu dia kembali terdiam dan tunduk ke bawah.

Kaget juga kurasa tadi, mula-mula dapat melihat tubuhnya yang telanjang, setelah itu dapat memeluk sebentar. Puas, aku puas walaupun hanya sebentar. Entah bagaimana membayangkannya, saat itu petir berbunyi lagi dan saat itu seakan-akan menyambar dekat bangunan rumah dosenku. Terperanjat karena bunyi yang lebih dahsyat itu, sekali lagi Dosen Hanizah berpaling dan memeluk tubuhku. Aku tidak melepaskan peluang untuk memeluknya kembali. Kulingkarkan tangan kiriku ke pinggangnya yang ramping dan tangan kananku membelai rambut dan kepalanya. Kali ini aku rapatkan badanku ke arahnya, terasa buah dadanya yang pejal menekan-nekan dadaku.

Dosen Hanizah mendongakkan kepalanya menatap wajahku. Aku masih tidak melepaskan dia dari rangkulanku, belakang badannya kuusap dari rambut sampai ke pinggang. Dia menatapku seolah-olah memintaku untuk melepaskannya, tapi aku menatap tepat ke dalam anak matanya. Mata kami bertemu, perlahan-lahan aku rapatkan wajahku ke arah wajahnya, bibirku kuarahkan ke bibirnya yang munggil dan separuh terbuka itu. Makin rapat, dan hampir menyentuh bibirnya, dan bersentuhanlah bibirku dengan bibir dosen yang mengajarku matematika itu. Belum sempat aku mencium bibirnya, hanya terkena sedikit, Dosen Hanizah memalingkan wajahnya sambil tangannya mendorong badanku minta agar dilepaskan.

Aku tetap tidak melepaskan dia, peluang seperti ini tidak mudah kudapatkan. Kutarik dia lagi lebih rapat. Terkejut Dosen Hanizah dengan tindakanku.
"Azlan... tidak enak ahh..." Dosen Hanizah menolak sambil meronta lemah.
Aku tidak peduli, kueratkan lagi pelukanku, dada kami bertemu, terasa denyut dadanya naik turun dengan nafas yang agak kencang.
"Please Bu..." rayuku.
"Tidak etis ahh.., Saya ini isteri orang..!" rontanya lagi.
"Tenanglah Anda.., pleasseee..." balasku lagi sambil mencium lehernya dengan lembut. Sempat juga aku menjilat cuping telinganya.
"Ja.. ja.. ngan.. lah..!" bantahnya lagi dengan suara yang terputus-putus.

Dia memalingkan wajahnya ke kiri dan ke kanan, mengelakkan ciumanku. Aku terus mencium lehernya sambil mengeratkan pelukan, karena tak ingin terlepas.
"A.. a... zzlaaan.. ja..." belum sempat Dosen Hanizah menghabiskan kata-katanya, bibirku berpautan pada bibirnya, kali ini aku cium sekuat-kuatnya.
"Mmmppphhh... mmmppphh..." Dosen Hanizah tidak bersuara lagi saat mulutnya kukecup.
Dia meronta semakin kuat. Aku terus mencium dan mengecup bibir dan mulutnya sambil tangan kiri menggosok ke seluruh bagian belakang badan dan tangan kananku memegang kepalanya agar kecupanku tidak putus dari mulutnya. Diselingi dengan punggungnya yang pejal itu kuremas, kupecet semauku.

Agak lama mulutku berpaut di bibirnya, hingga rontaannya semakin lemah, suaranya tidak lagi berbunyi, lama-kelamaan tidak ada lagi rontaan, sebaliknya tangan Dosen Hanizah memeluk erat leherku. Aku merasakan bibirnya mulai membalas ciumanku. Apa lagi, aku pun mula menciumnya dengan penuh mesra dan kelembutan, dia membalas sambil mengeratkan pelukannya. Terasa lidahnya dijulurkan. Aku menyambut dan lalu menghisap lidahnya, saling bergantian kami berhisap lidah. Pada waktu itu, hanya terdengar bunyi air hujan yang jatuh membasahi bumi dan bunyi kecupan mulut kami berdua.

Agak lama kami berciuman, bertautan bibir dan lidah sambil berpelukan mesra. Kemudian, Dosen Hanizah meleraikan tautan itu diikuti dengusan birahi, "Mmmm..."
Kami bertatapan mata, tanganku masih dilingkarkan pada tubuhnya, badan kami masih saling rapat, nafasnya semakin kencang, nafsuku semakin meningkat diikuti dengan kemaluanku yang semakin menegang. Tatapan matanya yang redup itu bagaikan meminta sesuatu, sehingga kutambatkan sekali lagi bibirku ke bibirnya. Kami saling berciuman mesra, sesekali ciuman ditujukan ke arah leher yang putih itu, kucium, kugigit dan kujilat batang lehernya. Dosen Hanizah hanya menggeliat kegelian diperlakukan seperti itu.

"Ooohhh... A.. zzlannn..." suara manjanya menusuk ke dalam lubang telingaku.
Sambil berciuman, tangan kananku kugeser ke arah depan, buah dadanya kupegang, kuremas lembut. Terasa ketegangan buah dadanya, pejal dan montok. Dosen Hanizah hanya dapat mendesis menahan keenakan yang dirasakannya. Ciumanku bergerak juga ke pangkal dadanya yang putih itu. Aku cium ke seluruh permukaan pangkal dadanya, kemejanya kutarik sedikit ke bawah, hingga menampakkan BH berwarna hitam yang dipakainya. Kepala dan rambutku diremas dan dipeluk erat oleh Dosen Hanizah ketika dadanya kucium dan payudaranya kuremas.
"Aaahhh... mmmppphhh..." rintihannya membangkitkan nafsuku.

Aku semakin berani, kancing kemejanya kubuka satu persatu sambil tetap aku mencium dan mengecup wajahnya. Mulut kami bertautan lagi ketika jari-jari tanganku sibuk menanggalkan kancing kemejanya, dan akhirnya habis juga kancingnya kubuka. Perlahan-lahan sambil mencium mulutnya, aku melucutkan kemejanya ke belakang. Seperti dalam film, Dosen Hanizah meluruskan tangan agar kemeja itu dapat dilucutkan dari tubuhnya. Kini, bagian atas tubuh Dosen Hanizah hanya terbalut BH saja. Aku leraikan ciuman mulut, lalu mencium pangkal buah dada di atas BH-nya. Aku cium, aku jilat seluruh pangkal buah dadanya sambil meremas-remas. Suara rintihan Dosen Hanizah semakin kuat apabila kupencet putingnya yang masih berada di dalam BH. Dosen Hanizah merangkul erat dan meremas-remas rambutku. Sambil mencium dan meremas buah dadanya, kulingkarkan tanganku ke belakang dan mulai mencari kancing penyangkut BH yang dipakai Dosen Hanizah. Ketemu, dan terus kulepaskan kancing itu. Perlahan-lahan aku menarik turun BH hitamnya ke bawah dan terus kulempar ke atas sofa.

Terpukau mataku ketika bertatapan dengan payudaranya yang putih kemerahan yang tadi hanya dapat kulihat dari jauh saja. Aku puntir dan main-mainkan putingnya sambil mulutku mencium dan menjilat yang sebelahnya lagi. Suara desisan Dosen Hanizah semakin manja, semakin bergairah kudengar. Habis kedua belah payudaranya kujilat dan kuhisap semauku, putingnya kujilat, aku gigit mesra dengan diikuti rangkulan erat oleh Dosen Hanizah ke kepalaku.

Sambil mengulum puting payudaranya, aku membuka t-shirt yang kupakai tadi, lalu melemparkannya ke bawah. Aku tidak berbaju, begitu juga Dosen Hanizah, kami berdua hanya bersarung dan memakai kain batik saja. Suasana dingin terasa oleh desiran hujan di luar, namun kehangatan tubuh Dosen Hanizah
membangkitkan nafsu birahi kami. Aku terus memeluk Dosen Hanizah erat-erat sambil berkecupan mulut. Buah dadanya terasa hangat bergesekan dengan dadaku. Inilah perasaan yang sukar digambarkan, berpelukan dengan perempuan dalam keadaan tidak berbaju, buah dadanya yang pejal menekan-nekan dadaku ke kiri dan ke kanan mengikuti alunan nafsu.

Setelah agak lama berciuman dan berpelukan, kubaringkan Dosen Hanizah ke atas sofa itu. Dia merelakannya. Aku menatap sekujur tubuh yang separuh telanjang itu di depan mata. Saat aku berdiri, Dosen Hanizah hanya memandang sayu melihatku melucutkan sarungku dan bertelanjang di hadapannya. Kemaluan yang sudah menegang itu memerlukan sesuatu untuk dijinakkan. Aku duduk kembali di sisinya, terus membelai buah dadanya yang menegang itu. Aku kembali mengulum puting payudaranya sambil tangan kananku turun ke arah lembah, lalu merabanya untuk mencari puncak kebirahian wanita yang begitu dipelihara. Segitiga emas milik Dosen Hanizah akan kuraba, aku mulai mengusap dan menggosok di bagian bawah lembah itu. Terangkat-angkat punggung Dosen Hanizah menahan keenakan dan kenikmatan yang sukar digambarkan oleh kata-kata. Yang kedengaran hanyalah rintihan dan desisan manja yang mempesonakan birahiku, "Mmmpphhhmm... aaahhh..."

Aku mulai melepaskan ikatan kain batiknya, dengan lembut aku menarik kain itu ke bawah untuk melucutkan terus dari tubuhnya. Segitiga emasnya hanya ditutupi secarik kain berwarna hitam yang juga harus kulucutkan. Kuusap kemaluannya dari luar, terasa basah dan lengket pada ujung lembah yang subur itu. Pahanya kuraba dan kuusap sambil lidahku menjilat dan mencium pusatnya. Bergelinjang badan Dosen Hanizah diperlakukan seperti itu. Kedua tanganku memegang celana dalamnya dan mulai melorotkan ke bawah, kutarik tubuhnya dengan punggung Dosen Hanizah diangkatnya sedikit, dan terlucutlah benteng terakhir yang ada pada tubuh Dosen Hanizah. Aku tidak melepaskan peluang untuk menatap sekujur tubuh lemah yang tidak dibaluti sehelai benang pun. Hal seperti ini sangat diinginkan oleh setiap insan bergelar lelaki, dan yang lebih lagi adalah ternyata yang berada di depan mata minta dijamah. Terlihat vaginanya berair di sekeliling bulu-bulu tipis yang terjaga rapih.

Kusentuh kemaluannya sehingga terangkat tubuhnya menahan keenakan. Kusentuh lagi dan kugesekkan jari-jariku melewati hutan itu, suara mengerang mengiringi gerak tubuhnya. Kelentitnya kumainkan, kupelintir sehingga suara yang dikeluarkan kali ini agak kuat diiringi dengan badannya terangkat karena kejang. Terasa basah jariku waktu itu, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi saat itu, tetapi sekarang baru kutahu bahwa Dosen Hanizah mengalami klimaks.

Awalnya aku ingin menjilati vaginanya seperti yang ada di video BF, tetapi tak jadi sebab liang senggamanya sudah berair dan basah. Aku terus menghimpitkan tubuhku ke atas tubuhnya dengan lembut sambil mencium wajahnya. Kemaluanku bergesekan dengan kemaluannya. Terasa ujung kejantananku bertemu dengan bulu dan air mani yang membasahi lembah kenikmatan itu. Setelah mendapatkan kedudukan yang tepat, kupegang kejantanan dan mengarahkan ke lubang senggamanya. Seperti dirancang, Dosen Hanizah membuka dan meluaskan kangkangannya sedikit. Setelah berada di ujung muara, aku pun melabuhkan tongkat nakhodaku ke dalam lautan birahi dengan perlahan-lahan diikuti oleh desisian dan raungan kami berdua yang bergantian, mengiringi terbenamnya tongkat ke dalam lembah di lautan.

"Aaarrrghhh... mmm..."
Aku menekan sampai pangkal kemaluan dan membiarkannya sekejap karena terasa seperti terjepit. Aku mencium leher dan mulutnya berulang kali. Bila keadaan sudah agak tenang, aku mulai mendayung, atas, bawah, pelan dan teratur. Kenikmatan pada waktu itu adalah sangat indah, susah untuk dapat dikatakan, kemudian aku menggerakkan ke atas dan ke bawah berulang kali. Saat pertama kali aku perbuat padanya terasa seperti menjepit, karena vaginanya memang sempit. Dosen Hanizah tidak merasakan sakit yang berpengaruh karena dia pernah melakukannya dengan suaminya.

Aku dorong dan tarik kemaluanku dengan diiringi suara mengerang yang agak kuat sambil melihat pemandangan indah di bawah. Sungguh pemandangan yang indah jika dapat melihat kejantananku sendiri sedang masuk dan keluar dari lubang senggama wanita, dengan bunyi yang cukup menawan. Dosen Hanizah memeluk erat pinggangku ketika bergoyang mengimbangi tubuhku, punggungnya bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti arus irama. Sesekali dia menggoyang-goyangkan punggungnya untuk membantu daya dorongku, terasa kenikmatan yang tiada bandingnya. Kulajukan dayungan, semakin laju dengan suara yang semakin kuat. Dosen Hanizah hampir mengeluarkan suara erangannya, dan aku merasakan hampir keluar seperti gunung berapi hendak memuntahkan lavanya. Aku lajukan lagi, dengan sekuat tenaga kutusukkan sedalam-dalamnya diikuti dengan teriakan Dosen Hanizah. Dengan jeritan Dosen Hanizah yang nyaring, terpancurlah air maniku jauh ke dasar lubang senggamanya.

Ketika kubuka mataku, aku melihat mata Dosen Hanizah menutup serta dadanya yang naik turun dengan cepat, ada tetesan peluh di dadanya. Begitu juga badanku, terasa peluh meleleh di belakang. Kejantananku semakin menekan ke dalam lubang kenikmatanya yang semakin lembab akibat muntahan yang terjadi bersamaan. Kukecup dahi Dosen Hanizah, dia membuka mata dan tersenyum memandangku. Aku membalasnya dengan mengecup mesra bibirnya. Akhirnya aku tindih tubuhnya di atas sofa itu dengan kepalaku kuletakkan di atas dadanya. Terdengar bunyi degupan jantung yang kencang di dada Dosen Hanizah, dosen yang mengajarku matematika di sekolah.

Setelah beberapa menit, aku bangun dan mengeluarkan batang kejantananku dari dalam lubang senggamanya. Terlihat sedikit air maniku meleleh keluar melalui lubang kemaluannya yang berdenyut-denyut menahan kenikmatan. Aku ambil tisue di tepi meja dan kubersihkan air mani yang meleleh itu. Dosen Hanizah hanya memandang sambil melemparkan senyuman mesra ke arahku. Kemaluanku yang masih basah kubiarkan kering sendiri. Aku duduk bersila di atas karpet dengan menghadap arah memandang wajahnya. Kepalaku sejajar dengan kepalanya yang masih terbaring di atas sofa itu. Aku meremas dan memilin putting payudaranya. Dosen Hanizah membiarkan sambil tangannya membelai rambutku. Terasa seperti suami isteri.
"Terima kasih sayang..." bisikku lembut.
Dosen Hanizah mengangguk senyum.

Agak lama juga kami dalam keadaan itu sambil menantikan tenaga pulih kembali dan sampai jantung berdegup dengan normal. Kemudian Dosen Hanizah bangun dan mencapai pakaiannya pergi ke dalam kamarnya. Jam menunjukkan pukul 11:30 pagi. Hujan masih belum berhenti, tidak ada tanda-tanda mau berhenti. Aku kenakan lagi sarungku, tetapi baju tidak kupakai lagi. Karena masih letih, aku duduk bersandar di sofa mengenang peristiwa tadi. Pikiranku menerawang. Inilah kenikmatan badan, apa yang kuidamkan selama ini akhirnya bisa kudapatkan. Dosen yang selama ini hanya hadir dalam khayalanku saja telah nyata kurasakan. Berasmara dengan Dosen Hanizah adalah impian setiap lelaki yang mengenalnya, dan aku dapat menikmati tubuh yang menggiurkan itu. Jika selama ini kulihat Dosen Hanizah bertudung dan berbaju penuh, hari ini aku melihatnya tanpa pakaian, mengamati tubuhnya yang indah, setiap lekuk badannya, payudaranya dan kemaluannya. Semuanya kualami dengan menikmati pemandangan yang mempesona, malah tidak hanya itu, tetapi juga dapat merasakan kenikmatan yang ada pada tubuh itu. Aku bahagia. Aku puas, sangat puas dengan apa yang telah kulakukan tadi. Aku tersenyum sendirian.

Ketika aku melamun, aku dikejutkan dengan bunyi dentuman petir yang kuat. Aku teringat Dosen Hanizah. Jam sudah menunjukkan 12:00 tengah hari. Rupanya sudah hampir setengah jam aku melamun. Aku bangun dan menuju ke arah kamar Dosen Hanizah. Kuketuk pintu dan terus masuk. Kelihatan dosen Hanizah telah berpakaian tidur sedang menyikat rambutnya.
"Ada apa Azlan..?" tanyanya lembut.
"Bosen aja diluar sendirian." jawabku ringkas sambil duduk di tepi ranjang memandang Dosen Hanizah menyisir rambutnya. Dipojok kamar terlihat ranjang kecil yang di dalamnya ada bayi perempuan Dosen Hanizah yang sedang tidur dengan nyenyaknya. Bunyi dentuman petir seperti tidak diperhatikan, dia tidur seperti tidak menghiraukan keadaan sekitarnya.

"Terima kasih yah..." kataku.
"Terima kasih apa..?"
"Yang tadi. Sebab tadi adalah pengalaman yang terindah buat saya."
"Ohhh... tapi jangan kasih tau orang lain."
"Janji." balasku.
Aku kembali memperhatikannya berdandan. Harum minyak wanginya menusuk hidung ketika Dosen Hanizah menyemprotkan ke badannya.
"Kenapa Anda tidak marah..?"
"Marah kenapa..?"
"Iya.., awalnya Anda melarang, Anda menolak Saya, tapi setelah itu..?"
"Setelah itu Saya biarkan..?" sambungnya.
"Haaa..." jawabku dan langsung kusambung, "Apa sebabnya..?"
"Kalau Saya lawan pun Kamu pasti memaksa, Kamu pasti sangat menginginkan."
"Belum tentu." jawabku.
"Pasti begitu. Saya mana mungkin melawan. Jadi lebih baik Saya biarkan dan berbagi saja denganmu. Kan dua-duanya senang." jelasnya.
"Anda tidak menyesal..?" tanyaku ingin kepastian.
"Kalau rela, mana mungkin menyesal, buat apa..?" jelasnya lagi, "Lagian juga Kamu tidak memperkosa Saya, Kamu kan minta baik-baik, Saya jadi memberinya. Ditambah Kamu sudah lihat Saya telanjang. Lain halnya kalau kamu masuk ke rumah Saya, terus menyerang Saya dan perkosa Saya. Kalau itu Saya pasti akan lapor polisi dan Kamu pasti dipenjara."
"Habis, anda kelihatannya mau melapor. Iya nggak..?" tanyaku meyakinkan.
"Lapor..? Buat apa..? Kamu kan bukan masuk dengan cara paksa, Saya yang suruh Kamu masuk. Saya juga yang membiarkan Kamu menyetubuhi Saya."
"Kalau suami Anda tahu..?"
"Gimana dia akan tahu..?" tanya Dosen Hanizah. "Ini kan hanya rahasia kita saja kan..?" aku mengangguk. "Jadi, janganlah beritahu orang lain..!" aku angguk lagi tanda paham.
Dia menuju ke arah ranjang anaknya sambil membelainya dengan penuh kasih sayang seorang ibu. Kemudian Dosen Hanizah menghampiriku dan duduk di sebelahku.

"Wanginya..." sapaku manja. Dosen Hanizah mencubit pahaku dan aku berkata, "Saya mau lagi..."
"Mau apa..?"
"Yang seperti tadi."
"Tadi kan sudah..."
"Tak puas...""Aiii... nggak puas juga..? Suami Saya sekali saja langsung lelah dan tidur, Kamu mau lagi..?"
"Soalnya.., peluang seperti ini susah Saya dapatkan. Lagian tadi Saya tak sempat jilat vagina Anda. Anda pun tak pegang penis Saya. Saya ingin merasakan perempuan pegang penis Saya." jawabku jujur.
"Jilat..? Mau meniru cerita BF yach..?" balasnya tersenyum.

Aku mengangguk membalas senyumannya. Kemaluanku kembali menegang, tenagaku sudah pulih. Aku pegang tangan Dosen Hanizah dan meletakkannya di atas batang kemaluanku yang mengeras itu. Dosen Hanizah seperti paham dan meraba batangku yang ada di dalam sarungku. Aku biarkan saja, sedap rasanya. Setelah itu, aku berdiri dan melucuti sarungku. Aku dengan telanjang berdiri di hadapan Dosen Hanizah. Dia hanya tersenyum memandangku. Perlahan-lahan, kemaluanku yang menegang itu dipegangnya, dibelai dan diusap ke atas dan ke bawah. Nikmatnya tak terkira, selalu jari sendiri yang berbuat, tapi hari ini jari jemari lembut seorang wanita cantik yang melakukannya. Aku mendesis karena nikmatnya. Aku berharap Dosen Hanizah akan menghisap dan mengulum batang kejantananku. Memang Dosen Hanizah sudah tahu keinginanku. Diciumnya ujung batang kemaluan aku, dan ujung lidahnya dimainkan di lubang kepala kejantananku. Aku terasa ngilu, tapi sedap. Perlahan-lahan Dosen Hanizah membuka mulut dan memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya.

Terasa kehangatan air liurnya membasahi batang yang setengahnya berada di dalam mulutnya. Dihisapnya penisku, dikulumnya ke atas dan ke bawah. Terasa seperti tercabut ketika itu. Kupegang dan remas rambutnya yang baru disisir tadi. Aku dorong batang kemaluanku jauh ke dalam mulutnya, terasa ujung kejantananku terkena dasar tenggorokannya. Dosen Hanizah menghisap sampai ke pangkal sambil tangannya meremas-remas telur zakarku. Di saat itu, aku rasakan kenikmatan yang lain dari yang tadi. Kubiarkan Dosen Hanizah menghisap semaunya, kubiarkan dia menjilat seluruh batang kemaluanku, telurku. Sengaja kubiarkan sebab sangat nikmat rasanya.

Setelah itu, aku pegang bahunya. Dia berdiri memandang dengan penuh kesayuan. Aku pegang dan belai rambut yang terurai di bahu. Perlahan-lahan kulepaskan baju tidurnya ke bawah, dia tidak memakai pakaian dalam. Terlihatlah tubuh Dosen Hanizah yang bertelanjang di hadapanku. Aku lingkarkan tangan di pinggang dan mulai mendekapnya lembut. Kami berpelukan dan bertautan bibir sambil jari-jariku meraba dan menggosok seluruh badan. Sekarang baru aku bisa merangkul tubuh yang kecil molek dengan pinggang yang ramping iti sepuas-puasnya. Pinggangnya kecil tapi sangat proposional. Kudekap dan kuremas punggungnya sambil menggesek-gesekkan batang kejantananku ke perutnya. Sungguh nikmat dapat berpelukan sambil berdiri.

Aku baringkan dia di atas ranjang sambil terus memberikan kecupan demi kecupan. Kali ini aku tidak berlama-lama mencium payudaranya sebab sasaran muluku adalah ke liang kenikmatannya. Aku turunkan ciumanku ke bawah, kemaluannya masih kering. Aku terus mencium kemaluannya itu dengan lembut. Terangkat punggungnya menahan kenikmatan itu. Bibir kemaluannya kujilat, kujulurkan lidah dan menusuk ke dalam lubangnya. Dia mendesis keenakan sambil menggeliat manja. Biji kelentitnya kuhisap, kujilat semaunya. Vagina Dosen Hanizah mulai basah, aku tak peduli, aku terus jilat dan hisap sambil tanganku meremas-remas puting payudaranya.

Tiba-tiba, saat menikmati sedapnya menjilat, Dosen Hanizah meraung dengan tubuhnya terangkat. Serentak dengan itu, habis mulutku dibasahi dengan simbahan air dari dalam liang kewanitaannya. Ada yang masuk ke dalam mulutku sedikit, rasanya agak payau dan sedikit asin. Aku berhenti dan mengelapkan mulutku yang basah karena air maninya. Rupanya Dosen Hanizah klimaks. Aku mainkan dengan jari saja lubang vagina itu. Entah karena apa, timbul nafsu untuk menjilat air maninya lagi. Aku kembali membenamkam wajahku dan mulai menjilat lembah yang basah berair itu. Lama-lama rasanya menjadi sedap, habis kujilat, kuhisap vaginanya. Dosen Hanizah hanya merintih manja sambil meliukkan tubuhnya. Ketika aku menghisap kelentitnya, kumainkan lubang kenikmatannya dengan jari. Tiba-tiba, sekali lagi dia terkejang kepuasan, dan kedua kali jugalah air maninya menerjah ke dalam mulutku.

Dengan mulut yang basah karena air maninya, kucium mulut dia. Air maninya bercampur dengan air liurnya apabila aku membiarkan lidahku dihisap. Dosen Hanizah menjilat air maninya sendiri tanpa mengetahuinya. Ketika sudah habis air mani di mulutku karena disedotnya, aku mulai menghentikan pemanasan. Tubuhnya kutindih, dengan sauh dihalakan ke lubuk yang dalam dan dilepaskan layar, maka jatuhlah sauh ke dalam lubuk yang selama ini hanya dilabuhkan oleh sebuah kapal dan seorang nakhoda saja. Kini kapal lain datang bersama nahkoda muda yang terpaksa berhempas pulas melawan badai mengarungi lautan birahi untuk sampai di pulau impian bersama-sama. Perjuangan kali ini lebih lama, dan melelahkan kerena masing-masing tidak mau mengalah duluan. Berbagai aksi dilakukan untuk sampai ke puncak kejayaan. Tubuh Dosen Hanizah kusetubuhi dalam berbagai posisi, dia juga memberikan kerjasama yang baik kepadaku dalam menempuh gelombang. Akhirnya, setelah berhempas pulas, kami tiba juga di pulau impian dengan kejayaan bersama, serentak dengan terjahan padu air hikmat serta jeritan manja, si puteri meraung kepuasan.

Kami terdampar keletihan setelah penat belayar. Terkulai Dosen Hanizah di dalam dekapanku. Kali ini lebih romantis, sebab kami berbuat di atas ranjang dengan kasur yang empuk. Banyak posisi dan gaya yang telah kami lakukan. Kami telentang kelelahan, dengan peluh memercik membasahi tubuh dan wajah kami. Air maniku meleleh keluar kedua kalinya dari lubang yang sama. Dosen Hanizah mendekap badanku sambil jarinya membelai kemaluanku yang terkulai basah itu. Dimainkannya seperti bayi mendapatkan boneka. Kubiarkan sambil mengecup dahinya tanda terima kasih. Kami tidak bersuara karena sangat letih.

Saat itu sempat juga aku mengalihkan pandangan ke arah tempat tidur anaknya, kelihatan masih terlena dibuai mimpi. Aku risau juga, takut dia terbangun kerena jeritan dan raungan kepuasan ibunya yang berhempas pulas melawan badai samudera bersama nakhoda muda yang tidak dikenalinya. Tubuh kami terasa tidak bernyawa, rasanya untuk mengangkat kaki pun tidak kuat. Lemah segala sendi dan urat dalam badan. Hanya suara rintihan manja saja yang mampu dikeluarkan dari pita suara kami dalam kedinginan akibat hujan yang masih turun lebat.

"Terima kasih ya..." aku mengecup dahinya, dia tersenyum. Kepuasan nampak terpancar di wajahnya.
"Kamu benar-benar hebat..." sahutnya.
"Hebat apa..?"
"Iya lah, dua kali dalam sejam."
"First time." balasku ringkas.
"Belum pernah Saya merasa puas seperti ini." jelasnya jujur.
"Belum pernah..?" tanyaku keheranan.
Dia mengangguk perlahan, "Saya tidak pernah orgasme lebih dulu."
"Suami Anda melakukan apa saja..?"
"Dia hanya memasukkannya sampai Dia keluar..." sambungnya. "Bila sudah keluar, dia letih, terus tertidur. Saya sudah tidak terangsang lagi saat itu."
"Kenapa Anda tidak memintanya..?" saranku.
"Kalau sudah keluar, Dia tidak terangsang lagi."
"Dalam seminggu berapa kali Anda berbuat..?" tanyaku mengorek rahasia mereka.
"Sekali, kadang-kadang tidak dapat sama sekali dalam seminggu itu..."
"Kenapa..?"
"Dia pulangnya terlalu malam, jadi sudah letih. Tidak nafsu lagi untuk bersetubuh."
"Ohhh..." aku menganguk seakan memahami.
"Kapan terakhir Anda melakukannya..?" pancingku lagi.
"Ehh, dua minggu yang lalu." jawabnya yakin.
"Sudah dua minggu Anda tidak mendapatkannya..?" sambungku terkejut, Dosen Hanizah hanya menganggukkan kepala mengiyakannya.
"Jelas Dosen Hanizah tidak marah besar ketika aku mulai menjamah tubuhnya." dalam hatiku, "Dia mengidamkan juga rupanya..."

Hampir setengah jam kami berbicara dalam keadaan berpelukan dan bertelanjang di atas ranjang itu. Segala hal mengenai masalah rumah tangganya kutanya dan dijawabnya dengan jujur. Semua hal yang berkaitan diceritakannya, termasuk jeritan batinnya yang rindu akan belaian dari suami yang tidak pernah benar-benar dinikmatinya. Suaminya terlalu sibuk dengan kerjanya hingga mengabaikan nafkah batin si isteri. Memang bodoh suami Dosen Hanizah, sebab tidak menggunakan sepenuhnya tubuh yang menjadi idaman setiap lelaki yang memandang itu. Nasibku baik, sebab dapat menikmati tubuh itu dan sekaligus membantu menyelesaikan masalah kepuasan batinnya.

Aku semakin bangga apabila dengan jujur Dosen Hanizah mengakui bahwa aku telah berhasil memberikan kepuasan kepada dirinya, batinnya kini tidak lagi bergejolak. Raungannya kini tidak lagi tidak dipenuhi, Dosen Hanizah sudah dapat apa yang diinginkan batinnya selama ini, walaupun bukan berasal dari suaminya sendiri, tetapi dengan anak muridnya, yang lebih muda 10 tahun tetapi gagah seperti berusia 30 tahun. Desiran hujan semakin berkurang, rintiknya semakin perlahan, menunjukkan tanda-tanda hendak berhenti. Kami bangun dan melihat ke luar jendela. Seperti disuruh, Dosen Hanizah mengenakan kembali pakaian tidurnya lalu terus ke dapur. Aku menanti di kamar itu. Tak lama kemudian, dia masuk dan menyerahkan pakaianku yang hampir kering. Setelah mengenakan pakaian, aku ke ruang tamu dan minta diri untuk pulang karena terlihat hujan sudah berhenti.

Dosen Hanizah mengiringi aku ke pintu. Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih atas segala layanannya. Dosen Hanizah juga berterima kasih kerena telah membantunya. Aku ambil sepedaku, lalu membuka pintu pagar dan terus mengayuh menuju ke rumah. Tidak terlihat Dosen Hanizah di halaman rumah, maklumlah hujan, lagi pula sekarang waktunya makan siang.

Setibanya di rumah, aku mandi. Di kamar, terlihat dengan jelas bekas gigitan di leherku. Ah, gawat bisa malu aku nanti. Aku berniat kalau tidak hilang sampai besok, aku pasti tidak akan ke sekolah.

Keesokan harinya, tidak terlihat bekas gigitan pada leherku. Aku ke sekolah seperti biasa bersama adik-adikku yang lain. Mereka perempuan, jadi tidak satu sekolah denganku. Di sekolah, bila bertemu dengan Dosen Hanizah yang berbaju kurung bertudung kepala, aku tersenyum dan mengucapkan selamat, seperti tidak ada sesuatu di antara kami. Dosen Hanizah pun bertingkah biasa saja, walaupun di hati kami masing-masing tahu apa yang telah terjadi sewaktu hujan lebat kemarin. Di dalam kelas, dia mengajar seperti biasa. Aku pun tidak macam-macam, takut nanti teringat dan menginkannya di kelas.

Selama sebulan lebih setelah kejadian itu, kami masih bersandiwara seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami. Tidak pernah bercerita tentang hal itu. Kalau kami bertemu pun, hanyalah berkisar masalah pelajaran. Aku yang baru pertama kali mendapatkannya, sudah merasa ketagihan. Terasa ingin lagi menjamah tubuh perempuan, sudah tak kuat nafsuku ditahan. Pada suatu hari, kalau tidak salah hari Selasa, aku berjumpa dengannya di ruang guru. Waktu itu, ruang guru sedang kosong, aku memberanikan diri meminta keinginanku untuk menjamah kenikmatan tubuhnya. Pada awalnya Dosen Hanizah agak keberatan, tetapi setelah mendesak dan membujuknya, dia mulai lembut. Dosen Hanizah setuju, tapi dia akan beritahu aku bila saatnya memungkinkan. Aku minta padanya kalau bisa dalam waktu dekat ini karena aku sudah tak tahan lagi. Kalau keadaan aman, dia akan memberitahuku katanya. Aku gembira dengan penjelasan itu.

Tiga hari setelah itu, Dosen Hanizah memanggilku ke ruang guru. Dia memintaku ke rumahnya malam Senin. Dia memberitahu bahwa suaminya akan keluar kota ke Johor selama dua hari. Aku janji akan datang. Aku setuju, tapi bagaimana caraku untuk bilang pada orang tuaku kalau aku akan bermalam di luar. Aku ijin untuk menginap di rumah teman dengan alasan belajar bersama dan terus ke sekolah besoknya. Mereka mengijinkan. Tiba malam yang dijanjikan, kurang lebih pukul 8:00, aku tiba. Dosen Hanizah menyambutku dengan senyuman. Anaknya yang bermain-main dengan permainannya terhenti melihatku masuk. Setelah melihatku, dia kembali bermain lagi. Nasib baik karena anak Dosen Hanizah masih kecil jadi masih belum mengerti apa-apa. Malam itu, kami tidur bersama di kamar seperti sepasang suami isteri. Persetubuhan kami malam itu memang menarik, seperti sudah lama tidak merasanya.

Aku melepaskan rinduku ke seluruh bagian tubuhnya. Dosen Hanizah kini tidak lagi malu-malu meminta dipenuhi keinginannya jika lagi nafsu. Kalau tidak salah, malam itu kami bermain sampai 4 kali. Yang terakhir kali sudah sampai dini hari, dan kami tertidur. Bangun-bangun sudah pukul 8:00 lebih ketika anaknya menangis. Kami sudah terlambat ke sekolah, Dosen Hanizah menelpon dan mengatakan kalau dia sakit. Aku pun sudah malas untuk ke sekolah.

Setelah menenangkan anaknya dengan memberikan susu, dia menidurkan kembali anaknya. Kami bersarapan dengan makanan yang disediakannya. Kemudian, kami mandi bersama, bertelanjang dan bersenggama di dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi aku minta dia untuk menerima seluruh air maniku ke dalam mulutnya. Dosen Hanizah setuju, setelah puas, batang kejantananku menyusuri lembah, di saat mau melepaskan puncak kenikmatanku, aku minta Dosen Hanizah duduk dan aku arahkan senjataku ke sasaran, dan terus menembak ke mulutnya yang terbuka lebar. Penuh mulut Dosen Hanizah dengan air maniku. Ada beberapa tetes yang tertelan, yang lain dimuntahkannya kembali. Aku mengarahkan batang kejantananku masuk ke dalam mulutnya, dia terpaksa menerima dan mulai menghisap batang kejantananku yang masih berlinang dengan sisa air mani yang ada.

Kami terus mandi dan membersihkan badan. Anaknya telah lama tertidur, kami berdua beristirahat di ruang tamu sambil mendengar radio. Kami berbincang tentang hal peribadi masing-masing. Sesekali Nescafe panas yang dihidangkan oleh Dosen Hanizah kuhirup. Aku memberitahu padanya kalau aku tak pernah punya cewek kalau ditanya orang lain, dan aku juga merasa bangga kerena dapat merasakan nikmatnya hubungan antara lelaki dan perempuan lebih awal. Sambil berbicara, aku mengusap dan meremas lembut buah dada dosenku yang berada di sebelah. Aku juga bertanya tentang suaminya, adakah dia tahu atau merasa ada perubahan sewaktu berasmara bersama. Dosen Hanizah menjelaskan bahwa dia berbuat seperti biasanya, waktu berasmara pun seperti biasa.

Dosen Hanizah tidak pernah menghisap kemaluan suaminya sebab suaminya tidak mau, begitu juga kemaluannya tidak pernah dijilat. Jadi, akulah orang pertama menjilat kemaluannya dan kemaluan akulah yang pertama masuk ke dalam mulut Dosen Hanizah. Dosen Hanizah bilang suaminya merasa jijik apabila kemaluannya dijilat, dihisap dan dimainkan dengan mulut. Karena itulah, Dosen Hanizah tidak keberatan mengulum kemaluanku karena memang diiginkannya. Kami ketawa kecil mengenangkan aksi-aksi gairah yang pernah kami lakukan.

Jam menunjukkan pukul 10:00 lebih. Dosen Hanizah bangun menuju ke kamarnya, aku mengekori. Di kamar, dia melihat keadaan anaknya yang sedang pulas. Perlahan-lahan aku memeluknya dari belakang. Tanganku, kulingkarkan ke pinggangnya yang ramping sambil mulut mengecup lembut lehernya. Sesekali tanganku meremas buah dadanya yang kian menegang. Aku memalingkan tubuhnya, kami berdakapan sambil berkecupan bibir. Tubuhnya kubaringkan ke atas ranjang sambil mengulum bibirnya dengan mesra. Pakaiannya kulepaskan, begitu juga dengan pakaianku. Mudah dilepaskan karena memang kami masing-masing sudah merencanakannya.

Entah berapa kali mulutku penuh dengan air maninya sebelum kemaluanku menerobos liang keramat itu. Kali ini aksi kami semakin ganas. Tubuhnya yang kecil itu kutindih semaunya. Akhirnya, muntahan cairan kentalku tidak dilepaskan di dalam, tetapi di mulutnya. Air maniku memenuhi mulutnya ketika kumuntahkan di situ. Dia menerimanya dengan rela sambil menjilat-jilat sisanya yang meleleh keluar, sambil batang kemaluanku dikulumnya untuk menjilati sisa-sisa yang masih ada. Aku tersenyum melihat lidahnya yang menjilat-jilat itu seperti mendapatkan suatu makanan yang lezat. Dia juga ikut tersenyum melihatku.

Setelah habis ditelannya. Aku mulai memakai kembali pakaianku. Dosen Hanizah duduk bersandar, masih bertelanjang.
"Sedap..?" tanyaku sambil menjilat bibir.
Dosen Hanizah mengangguk paham. Dia kemudian mengenakan pakaian tidurnya lalu menemaniku hingga ke pintu. Setelah selesai, aku minta diri untuk pulang ke rumah, takut nanti bohongku ketahuan. Dia melepasku dengan berat hati. Aku pulang, orang tuaku tidak ada, yang ada hanya pembantu. Aku memberitahu mareka kalau aku sakit dan terus ke kamar untuk tidur.

Begitulah kisahku berasmara dengan dosen matematikaku yang hingga kini masih menjadi kenangan, walaupun sudah 10 tahun lebih aku meninggalkan sekolah dan negeri itu untuk berkerja di Kuala Lumpur. Waktu aku tingkat 6, Dosen Hanizah pindah ke Johor. Selama itu, banyak sekali kami melakukan hubungan seks. Sebelum berpindah, Dosen Hanizah mengandung, aku sempat juga tanya anak siapa, dia tidak menjawab tapi tersenyum memandangku. Aku mengerti, itu adalah hasil dari benih yang kutaburkan berkali-kali. Setelah itu, aku tak pernah bertemu atau mendengar kisahnya.

Aku mendapat kabar angin kalau Dosen Hanizah kini mengajar di Kuala Lumpur. Kalau betul, aku mau coba mencari walaupun kini usianya kurang lebih 43 tahun. Sampai sekarang aku masih belum menemuinya, tetapi sebelum Hari Raya tahun 2000, aku melihat Dosen Hanizah di Mid Valley Shopping Centre sedang belanja dengan anak-anaknya.
0 komentar

MAHASISWA BERKERUDUNG YANG MANIS



Ini ceritaku entah berapa bulan lalu ketika sore aku aku sedang menghabiskan waktu selepas bekerja disebuah mall dijakarta. Penat bekerja seharian dan jalanan yang sangat macet membuatku untuk rilex sebentar kesebuah pusat perbelanjaan sekedar untuk minum kopi. Akupun memesan sebuah kopi dan duduk disebuah sudut restoran. Sambil minum aku menikmati pemandangan mall yang sungguh berbeda dari kantorku. Sangat nyaman rasanya, tapi pandanganku beralih sekitar 2 meja di depanku, duduk dua orang siswi SMU lengkap dengan baju seragamnya. Mereka tertawa-tawa ceria. Setelah kuperhatikan lebih seksama lagi, ternyata mereka sungguh manis, dan astaga ternyata mereka kembar. sekilas aku tak bisa membedakan antara 2 gadis remaja itu. Dua-duanya berwajah cantik, putih, dan mulus. Sungguh wajah yang enak dpandang. Selain itu keduanya juga punya tubuh mungil, dengan dada yang tidak begitu besar namun montok dan menantang yang mereka coba sembunyikan dibalik seragam SMU lengan panjang yang agak longgar dengan jilbab tipis yang tidak terlalu panjang namun cukup menutup buah dada mereka, lengkap dengan rok panjang abu2nya.
Uhhh sungguh gadis2 berjilbab yang mungil dan sangat menggemaskan.entah kenapa aku tak bisa melepaskan pandanganku dari wajah dan payudara kedua gadis berjilbab tersebut tanpa kusangka salah satu gadis itu melihatku., tampaknya dia tau kalau daritadi aku sedang menikmati tubuhnya, lalu dia tersenyum padaku. Ah kesempatan pikirku, lalu kudekati saja meja mereka. “Selamat siang nih adik-adik, lagi pada ngapain nih ??” tanyaku. “Siang juga om..” jawab mereka bersamaan sambil tersenyum. “Lagi iseng-iseng aja om, abis dari sekolah” jawab yang satu. “Om boleh duduk disini ga ?” tanyaku dengan sopan. “boleh donk om, silakan” jawab yang satu lagi. “Om boleh kenalan kan ??” tanyaku. “Hihi…iya boleh donk om…” jawabnya “Aku gina, yang ini saudaraku gita” jawabnya sambil ternsenyum. Setelah kuperhatikan kedua gadis berjilbab ini mengenakan aksesoris yang lumayan mahal dari bros untuk peniti jilbab mereka, sampai cincin, gelang, jam tangan bahkan handpone seri terbaru. Wah keliatannya mereka betul2 anak2 dari kalangan atas.
“Kalian saudara kembar kan ?? berapa nih usianya ??” tanyaku penasaran. “Iya om…kita sekarang 16 tahun sebentar lagi 17 tahun” “Oooh…udah gede-gede ya” kataku sambil melirik payudara gina, uh penisku perlahan lahan mengeras, membayangkan bisa meremas2 empat buah payudara dibalik jilbab gadis gadis ini. “ya iyalah om, kan udah sma” jawab gita yang tak sadar apa sebenarnya yang aku maksud. “kalian nggak pulang, udah sore begini masak gadis2 cantik seperti kalian masi blum pulang” “om bisa aja ah, masi mau minum2 dulu om bentar lagi juga pulang” jawab gina sambil ngobrol kuperhatikan kedua gadis ini, walaupun kembar namun aku mulai bisa membedakan antara gina dengan gita. Gina yang berusia lebih tua beberapa menit dari gita ini memiliki buah dada yang sedikit lebih besar dari adiknya.selebihnya tak ada perbedaan. “ ah seandainya bisa kutelanjangi kedua gadis berjilbab ini, apa mungkin rasa jepitan vagina 2 orang saudara kembar berbeda yah” kataku dalam hati yang sudah penuh nafsu. “Kalian udah punya pacar belum ??” tanyaku.
“gina udah tuh om, nama pacarnya andi, hihi…” “Iiih….apaan sih git, dia tuh cuma temen deket aja juga…” katanya malu kulihat ada yang aneh dengan kedua remaja berjilbab ini. Mengapa sepertinya sangat mudah akrab dengan orang yang belum dikenal seperti aku. Aku mulai berpikir sepertinya dua gadis ini bisa kupakai malam ini. Akupun mulai mengeluarkan jurus mautku. “Kalian udah pernah pacaran kan ?” “Iya udah Om…tapi ya gitu deh namanya juga anak sma.” jawab gita “Umm tapi maaf nih yah, kalian udah pernah begitu belum ??” tanyaku sambil tersenyum nakal. Gina sedikit kaget “begitu gimana om??” “umm begini.. kayak ciuman pelukan, dan main2 itu sama pacar kalian belum” Sejenak mereka kaget dengan pertanyaanku lalu gita balas menjawab “Iiiih…om apaan sih…kok nanyanya begituan” “Ya kan om mau tau ??” Mereka terdiam sejenak kemudian saling berbisik. “Emang bener om mau tau ???” tanya gina menggoda. “ya iya dong dik gina yang cantik” kataku sambil mengedipkan mata sepertinya mereka sadar maksud gerak gerikku, lalu dengan tersenyum nakal gita menjawab.
“om, kalau mau kita bisa jalan2 sama om tapi kaloo…” gita berhenti berbicara lalu mengambil handponnya dan mengetik lalu memberikan handponnya padaku. Astaga pikirku, inilah saatnya. Saat yang dari tadi kunantikan. Gita ternyata meminta sejumlah uang dan persyaratan. Kesempatan ini tak boleh kulewatkan. Akupun tersenyum lebar dan jantungku semakin berdegup kencang. Tiba2 aku tersadar suatu hal “eh maaf yah gina, gita, kalo kalian mau nemenin om kok kenapa kalian memakai jilbab” “oh ini, ini kan ketentuan wajib disekolah harus pakai jilbab om” jawab gina oh aku baru menyadari segala sesuatunya, kenapa menjelang malam hari kerja kedua gadis berjibab ini masi dipusat perbelanjaaan, kenapa mereka memakai barang2 mahal, kenapa mereka mudah sekali untuk diajak ngobrol sampai ke hal2 yang nakal. “ok kalo gitu yuk kita pergi, om ke atm dulu ngambil uang saku untuk gadis2nya om” kataku sambil mengedipkan mata yang dijawab dengan sedikit tawa dan tatapan nakal. Sekitar jam 6 sore, aku bersama kedua gadis berjilbab ini keluar dari mall dan menuju sebuah atm dibasement mall tersebut. Ternyata basement tersebut agak sepi, hanya berisi mobil2 dan beberapa supir, tukang parkir dan satpam yang sempat memandangku iri, karena aku yang asyik bercanda dengan kedua gadis berjiblab ini.
Atm tersebut ternyata cukup tertutup, dengan ruangan yang cukup besar. Akupun mulai mengakses mesin tersebut sambil berbincang2 dengan kedua gadis berjilbab ini. Sambil memencet tombol2 aku lirik keadaan diluar, tampaknya posisiku cukup tertutup dan tak ada orang yang melihat, ah aku yang sudah tak tahan dari tadi mulai melancarkan aksiku. Kedua gadis berjilbab ini berdiri dikanan kiriku, sambil menunggu mesin atm bekerja, aku tarik kedua tanganku kebelakang lalu meremas2 kedua buah pantat gina dan gita yang kenyal itu. “ iihh om nakal, masi dibasement juga” jawab gita dan sebuah cubitan kecil dipinggangku oleh gina. “Iya deh iya deh om nggak nakal” jawabku sambil menarik tanganku dari pantat kedua gadis ini, lalu kurangkul pinggang kedua gadis berjilbab ini dan menarik mereka kearah tubuhku, uhhhh payudara payudara dibalik jilbab kedua gadis berjilbab ini sungguh sama kenyal dan nikmatnya. “ihhh si om ini nakal banget sih” kata mereka dengan senyum manja. Lalu tanganku mulai meraba naik kepunggungnya lalu bergeser masuk keketiak mereka menyelusup kebelakang jilbab mengikuti alur bh mereka dan menggenggam payudara payudara gadis gadis ini yang tidak bersentuhan dengan dadaku.” iiiiihh si ooomm daritadi bandel banget sihhh” kata gina sambil kedua gadis ini mencoba melepaskan diri dari genggaman tanganku pada buah dada mereka.
“duh gina gita, jangan begitu dong, ini uangnya” kataku ketika tiba2 mesin atm tersebut mengeluarkan uang beberapa juta rupiah” akupun mengambil uang tersebut lalu memperlihatkan uang tersebut kepada mereka, tampaknya kali ini mereka luluh dan mata mereka tampak berbinar2 melihat uang yang cukup banyak tersebut dan mulai tersenyum genit. Akupun dengan nakalnya menyampirkan jilbab gina dan gita kepundaknya lalu membuka 3 buah kancing paling, dan kulihat yang daritadi membuat penisku sangat keras, empat buah payudara gadis smu yang sangat menggemaskan terbungkus bra yang sangat sexy dengan jilbab yang menutupi kepala mereka, akupun menyelipkan beberapa lembar ratusan ribu rupiah kedalam bra mereka sambil merasakan kenyalnya payudara mereka lalu aku lanjutkan dengan meremas2 payudara montok kedua gadis ini. “uhhhh, dada gina lebih besar sedikit tapi sama nikmatnya dan sama cantiknya dengan gita, om udah bener bener nggak kuat nih, ini uangnya dp dulu yah nanti kalo udah selese nemenin om semua uang ini boleh kalian miliki” kataku dengan penuh nafsu.
Gita dan ginapun hanya tersenyum genit sambil keenakan menikmati remasan demi remasan dan plintiran pada payudara dan putting mereka. Tanpa disadari ada orang mengetuk pintu atm. Kami bertigapun kaget bukan kepalang, aku baru menyadari ada orang antri menunggu dari tadi. Akupun segera menarik kedua tanganku dari payudara mereka, gita dan ginapun kaget luar biasa dan langsung mengancingkan kembali baju mereka dan menjulurkan jilbab mereka untuk menutupi buah dada montoknya. “ih om si, untung nggak dibuka pintunya kan malu om” kata gita “iya deh maaf, tapi om udah nggak kuat nih, kita cari tempat yuk nanti disambung lagi deh ditempat om” kataku “ih si om, kita cantik sih jadi om nggak kuat deh” kata gina dan disambut tawa mereka cekikian. “yaudah, yuk, eh ayo gandeng tangan om dong” bisikku manja kekeduanya kamipun keluar dari kotak atm yang sudah ditunggu 3 orang yang mengantri dari tadi.mereka tampak kesal namun agak kaget ketika melihat seorang lelaki digandeng dua orang gadis smu kembar yang masih segar dan berjilbab.
Ah biarin ajah, emang gua pikirin, akupun menarik kedua daun muda yang sungguh menggemaskan ini kesudut lapangan parkir tempat mobilku berada yang jauh dari tempat tunggu supir dan satpam. Sambil berjalan kedua lengan atasku merasakan lembutnya bagian luar buah dada gina dan gita yang terus bersenggolan dengan tanganku yang mereka rangkul. Aduh sungguh nikmat rasanya, batang penisku semakin tak kuat ingin segera menikmati kedua gadis kembar ini. Gedung parkir di mall ini hanya setengah mobil kebawah yang tertutupi tembok, selebihnya hanya ditutupi oleh kawat2 besi sehingga walaupun gelap namun samar2 bisa terlihat dari luar gedung parkir. Ide gilapun muncul dikepalaku aku akan menikmati kedua gadis berjilbab ini ditempat terbuka sebelum nanti kutelanjangi, kumandikan dan kusabuni setiap inci tubuh mereka dirumahku nanti. Setelah sampai disudut tempat mobilku diparkir akupun mendorong perlahan kedua gadis berjilbab ini hingga bersandar ditembok dengan kedua tanganku menekan sebuah payudara gina dan gita. “gina, gita, kita main disini dulu yuk, kan gelap nggak ada orang, om udah nggak tahan nih, nanti uang jajannya om tambah deh, tapi nanti malem main kerumah om dulu kita main2 lagi, besok pagi baru om anter kesekolah, gimana?”
gita dan gina hanya berpandangan lalu salah satunya mengangguk, “boleh om tapi ati2 yah kalo ada orang, kan malu om diliatin orang” akupun tersenyum dan tanpa basa basi langsung kusampirkan jilbab gina dan gita, langsung kubuka kancing2 bajunya dan kubuka seragam sekolah mereka, dan langsung kulepas bra mereka, kulemparkan bra mereka kejok belakang mobilku lalu kupakaikan kembali baju seragam mereka tanpa kukancingi lagi, sungguh indah tubuh saudara kembar ini. Dengan jilbab putih yang masih mereka kenakan dan payudara yang putih dan empat buah putting berwarna coklat yang kecil sungguh indah sekali, akupun tak mampu menahan nafsuku, segera kumainkan empat buah payudara gadis kembar ini bergantian, dari remasan, plintiran pada puting2 payudara mereka hingga hisapan hisapan dan gigitan2 kecil membuat mereka menggelinjang mendesah menikmati permainanku. Lalu kuhentikan permainanku, kuperintahkan kedua gadis ini untuk mengangkat kedua roknya perlahan. Pelan2 kulihat kaki mungil mereka yang dibungkus sepatu dan kaus kaki menutup betis mereka, lutut, dan aww, paha paha yang putih dan mulus lalu kemaluan yang masih tertutup celana dalam putih yang tipis. Aku sungguh tak kuat, langsung kutarik turun celana dalam mereka dan kupandangi vagina gina dan gita yang kecil karena umur mereka yang masih 16 tahun. Kuambil celana dalam mereka dan kulemparkan ke jok belakang mobil. Lalu kututup pintu mobilku.
“ lho om kok kita nggak dimobil om ajah, kan takut ada yang ngeliat om” kata gita khawatir dengan keadaanya yang berjilbab namun baju seragam yang terbuka yang memperlihatkan dua buah payudaranya yang menggantung sambil mengangkat rok sampai pinggang yang memperlihatkan vaginanya. “Nggak papa gina, nanti kamu tau, jauh lebih nikmat rasanya kalo ditempat begini lho” kataku sambil menarik kedua gadis itu dan kusuruh duduk dikap depan mobilku yang posisinya didinding lapangan parkir, yang hanya tertutup jeruji2 besi dan tampak dari luar samar2. “iii om malu” jawab gita sambil duduk dan menutup rok dan bajunya sambil melipat tangan didadanya. Tampak didepanku dua orang gadis kembar berjilbab yang siap kunikmati beberapa saat lagi, disebuah gedung parkir, dan gilanya lagi walaupun agak gelap tapi pasti secara samar2 terlihat dari jalan raya diluar gedung. Tanpa memperdulikan ucapan gita akupun menarik kepala kedua gadis berjilbab ini dan mencium bibir merkea bersamaan, ah nikmat rasanya saat mencium mereka bersamaan.
Tampaknya mereka menyukainya, lalu tanpa basa basi kuangkat rok sekolah gina dan kujilat2 vaginanya, juga tangan kananku masuk kedalam rok diantara kaki gita dan mengelitik vagina dan klitorisnya sambil aku memuaskan kakaknya. Kedua gadis berjilbab ini hanya bisa menggelinjang dan mendesah pelan, perlahan nafsu mulai merasuki keduanya yang tampaknya sudah tak malu lagi dan mulai meremas remas payudara mereka sendiri. Kurasakan cairan mulai membasahi vagina kedua saudara kembar ini. Akupun semakin tak tahan, langsung kubuka celanaku dan mengeluarkan penisku dan kumasukkan kedalam vagina gina sambil terus mengaduk2 vagina gita dengan 3 buah jariku. Ahh penisku serasa dipijit2 didalam vaginanya. Walaupun sempit tapi ketika mulai kusodok pelan2 serasa tak ada yang menghalangi, ternyata gina sudah tidak perawan lagi, begitujuga dengan gita yang sedari tadi pasrah penuh kenikmatan dengan tiga buah jariku divaginanya. Akupun dengan cepat memajumundurkan penisku didalam vagina gina bergantian dengan gita. Wajah mereka yang terbungkus jilbab sungguh tampak menggemaskan membuatku semakin bernafsu meremas2 payudara2 mereka.
Aku memerintahkan kedua saudara ini untuk menunduk dan bertumpu pada terali2 besi gedung parkir. Kuangkat rok panjang mereka dan kulipat dan kuselipkan dipinggang mereka, sehingga dengan bebasnya aku bisa melihat pantat, vagina dan bagian kaki gadis gadis ini.Mungkin karnea kedua gadis kembar ini belum orgasme mereka tampak mau melakukan apa saja asalkan terus kuaduk2 vagina mereka. Mereka tak malu walaupun samar2 terlihat dari jalan raya didepan gedung parkir ini. Akupun semakin bernafsu dengan menyodokkan penisku kedalam vagina gita dan gina bergantian dari belakang sambil kutarik jilbab mereka yang membuat mereka mendongak keatas sambil menikmati hentakan demi hentakan penisku dilubang vagina mereka secara bergantian. Tak lama kemudian gina merintih2 “om oomm remes payudaraku yang keras, terus masukin penisnya cepetan sedikit aku udah nggak tahan mau keluar” akupun yang memang penuh nafsu segera menuruti permintaan gina, kucengkram kedua payudaranya dari belakang, dan kupercepat hentakan penisku jauh lebih dalam kelubang vaginanya.yang membuat gina semakin menjerit2 kecil menikmatinya.
Tiba2 dari jauh kulihat seseorang haltebus yang mengarah kegedung parkir diseberang jalan tampaknya melihat adegan yang kulakukan, dan gina walaupuan daritadi merem melek menikmati permainanku menyadari ada seseorang yang ikut menikmati tubuhnya dari jauh. “om ada orang tuh dihalte ngeliatin kita, tapi aku udah nggak kuat om dikit lagi mau keluaarr. Ah biarin ajaaaahhh…” jawabnya yang tampak semakin bernafsu karena dilihat orang tersebut. Akupun semakin bernafsu mempertontonkan adegan mesra ini keorang tersebut yang semakin membuatku terpacu.tiba2 “ahhhh ahhhh ahhh” gina merintih dan kurasakan vaginanya mengeluarkan cairan yang sangat banyak dan akhirnya gina terdiam lemas walaupun aku tetap memacu penisku kevaginanya. Akupun menghentikan aksiku. “duh om udah nggak kuat, om lanjutin sama gita aja yah..” katanya dengan tersenyum penuh kepuasan. “Iyah nggak papa sayang,tapi kamu disini aja ya temenin om main dengan adikmu ini” kataku sambil menjulurkan rok gina sehingga menutupi bagian bawah tubuhnya lalu kubalikkan tubuhnya kucium mesra, dan kupandangi adiknya.
“ihh omm kan udah sama kak gina tadi, aku dicuekin, daritadi udah nggak tahan om” katanya dengan cemberut nakal. Ternyata walaupun payudara gita sedikit lebih kecil dari kakaknya, namun hasrat sexnya jauh melebihi kakaknya. “gita juga mau om, ayo cepet tu orang dihalte depan lagi ngeliatin, gita udah nggak tahann ayo omm cepettt” kata gita memelas. Wah ternyata adiknya jauh lebih agresif dan maniak dari kakaknya. Akupun langsung menancapkan penisku kevagina gita dari belakang yang sudah memasang posisi menunduk dengan menumpukan tangannya pada jeruji besi didinding gedung parkir ini.sambil kugenjot vaginanya, kuremas2 payudara kiri gita dari belakang dengan tangan kiriku sementara tangan kananku kugunakan untuk memeluk gina sambil mencium bibirnya dan meraba2 payudaranya.tak disangka gita ternyata begitu exebisionis, dalam genjotanku dia melambaikan tangan dan tersenyum genit kepada lelaki yang menatap aksi kita dari tadi.akupun tak peduli terus saja kupermainkan vaginanya.
Tapi lama kelamaan aku bosan dengan posisi ini, kubalikkan tubuh gita, dan kugendong lalu kududukkan ditepi kap depan mobil jeepku dan kusandarkan gina berdiri disampingnya, akupun melanjutkan aksiku menancapkan penisku kevagina gita sambil mencium dan menjilat jilat putting payudaranya bergantian dengan mencium bibir gina kakaknya, sambil tangan kiriku meremas2 payudara gina.ohhh sungguh berlipat2 rasanya menikmati tubuh dua orang gadis kembar yang masih mengenakan jilbab putih namun 4 buah payudara mereka terbuka bebas dan sedang kujamah, sedangkan vagina gita sedang kunikmati dengan penisku dan vagina gina sesekali kuremas2 dari balik rok yang kuangkat keatas. Tak lama kemudian, gitapun mencapai titik puncaknya,dia menggelinjang dan mendongak keatas sambil memeluk kepalaku diantara dua buah payudaranya dengan erat dan tiba2 tiga kali kurasakan semprotan cairan didalam vagina gita bersamaan dengan semprotan spermaku didalamnya.. “aahahhchhhhh ommmm aku ahhhhh” jeritnya… ginapun hanya tersenyum melihat ulah adiknya yang sedang dalam titik puncaknya.
Setelah beberapa saat kurapihkan pakaian kedua gadis kembar ini, kurapihkan rok mereka, lalu kukancingkan kembali baju mereka, kujulurkan lagi jilbab mereka menutupi payudara dan vagina yang kini tak mengenakan bh dan celana dalam. “Yuk kita belanja, kita nonton juga yuk, nanti kita lanjut lagi dirumah om yah” kataku genit. Gina dan gita hanya tersipu malu. Lalu kedua gadis kembar ini kurangkul dan kuajak kedalam mall sambil dengan nakalnya kuraba payudara mereka yang kali ini dengan mudah kuplintir dari luar pakaian mereka putting yang menonjol dibalik bajunya, namun sengaja ditutupi jilbab mereka agar tak ketahuan, namun buah dada buah dada yang tak disanggah itu tampak lebih menggoda bergoyang goyang dibalik pakaian mereka walaupun sudah ditutupi jilbab, gesekan demi gesekan dan remasan tanganku dipayudara mereka sungguh nikmat, walaupun batang kemaluanku sudah lemas, tapi aku masih ingin menikmati tubuh gadis kembar berjilbab ini. Kamipun masuk kedalam mall dan mulai jaga image, gina dan gita jalan disampingku dengan biasa2 saja agar tak terlalu menarik perhatian.. kamipun menuju bioskop dilantai atas dan membeli tiket film, tapi sebelum masuk ke bioskop, gita mengajak kakaknya ketoilet untuk membersihkan sisa2 cairan vagina dan spermaku yang masih membasahi vaginanya.
 
1 komentar
 
Support : INFO NEWS | VIDEOKAWEN | BUS NET | X-DUMAY
Copyright © 2013. BUS NET - All Rights Reserved